A. Sekilas Ambarawa
Ambarawa terletak di Jawa Tengah, Indonesia. Sekitar 30 Km arah selatan Ibukota Propinsi Semarang dan 75 Km Timur Yogyakarta (7 ° 15 ‘28 ” Lintang Selatan dan 110 ° 24′ 19″ Bujur Timur). Dalam Bahasa Jawa, ‘Amba’ berarti luas dan ‘Rawa’ berarti rawa, jadi Ambarawa berarti Rawa yang Luas. Sepertinya, ini merujuk ke sebuah rawa (danau) yang terletak di Kota Ambarawa yaitu Rawa Pening.- Museum Palagan Ambarawa,
- Danau Rawa Pening,
- Museum Kereta Ambarawa Koening atau Willem I Spoorweg,
- Losari Coffee Plantation Resort,
- Pasar Bunga Bandungan,
- Candi Gedung Songo di perbukitan Gunung Ungaran,
- Fort Willem II dan
- Gua Maria Kerep.
- Pecel Tukinem,
- Tahu Serasi,
- Serabi Ngampin
- Eva Coffe House dan
- Sate Kelinci Bandungan.
B. Objek Wisata Alam
1. Museum Palagan Ambara. Museum Palagan Ambaran didirikan untuk mengenang sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadap Sekutu yang terjadi di Ambarawa pada tanggal 12 Desember 1945 dan pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang.
Museum Ambarawa
Monumen Museum Ambarawa


Matahari terbit yang keluar dari sisi lain dari danau. Aktivitas sehari-hari sederhana dari penduduk setempat, seperti nelayan yang berlayar di perahu mereka di pagi hari sebelum matahari terbit untuk menangkap ikan, serta Bukit-bukit di mana pengunjung dapat melihat matahari terbit disebut sebagai Bukit Cinta (Love Hills), menambah keasyikan tersendiri berada di Rawa Pening.

3. Museum Kereta Api Ambarawa (sebelumnya bernama Koening Willem I - dibuka pada tahun1873). Museum ini memiliki koleksi beberapa lokomotif tua yang masih bisa digunakan. Pengunjung dapat mencoba jalur Ambarawa-Bedono rak-lagu sejauh 9 kilometer dengan menggunakan kereta wisata pegunungan. Kereta api ini didorong oleh sebuah mesin uap lokomotif yang menggunakan kayu jati sebagai bahan bakar. Snack lokal akan disajikan selama perjalanan.

Museum Kereta Api Ambarawa
Koleksi Lokomotif Museum Kereta Api Ambarawa

LOSARI SPA RETREAT & COFFEE PLANTATION


Pasar Bunga Bandungan

Pagi Hari di Pasar Bunga Bandungan

Candi Kedung Songo

Fort Willem II, Ambarawa

Gua Maria Kerep

Tidak banyak gua Maria yang bisa diakses dengan mudah jika anda ingin mengunjunginya memakai kendaraan umum, selain gua Maria Karmel di Lembang Bandung, di Jawa Tengah ada Gua Maria Kerep yang cukup dikenal oleh umat Katolik dari seluruh nusantara. Gua Maria ini juga punya keistimewaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh gua Maria lain yang pernah kami kunjungi sebelumnya. Ini adalah cerita dari ziarah yang kami lakukan pada liburan akhir tahun 2005 yang lalu.
Jalan masuk ke Gua Maria Kerep terletak persis diseberang terminal bis Ambarawa, sebuah kota berhawa sejuk berjarak kira-kira 27km arah selatan dari Semarang. Terminal bisnya sendiri terletak dijalan yang mengarah keluar kota, dari terminal bis tersebut diseberang jalan terdapat papan petunjuk yang jelas mengarah ke gua Maria Kerep. Hanya sekitar 900 meter saja dari jalan masuk tersebut kami sampai dipelataran parkirnya yang luas, disitu juga terdapat banyak kios yang menjual barang rohani. Beberapa penjual segera menghampiri dan menawarkan bunga dagangannya, kami merasa sedikit heran karena tidak seperti ditempat lain mereka tidak menawarkan lilin meskipun ada pada mereka, keheranan tersebut terjawab kemudian setelah berada didalam.
Sejarah
Dibangun pada 1954, bagi umat Katolik Gua Kerep tak sekadar tempat berdoa tapi sekaligus tempat ziarah. Keberadaan gua tersebut erat berkaitan dengan sejarah perkembangan agama Katolik di Jateng. Gua itu wujud kerinduan bruder apostolik untuk menyelenggarakan perayaan dan peringatan suci keagamaan. Niat bruder kelompok Jesuit itu mendapat dukungan Romo J. Reiknders. Para bruder awalnya tinggal di Yogyakarta, kemudian pindah ke Muntilan pada 1948 sebelum menetap di Kerep, Ambarawa. Di sana mereka dibantu siswa SGB, sustrean, dan bruderan mengumpulkan batu demi batu hingga akhirnya berdiri Gua Maria. Bangunan itu diresmikan Mgr Albertus Soegijapranata SJ pada 15 Agustus 1954. Kini gua yang terletak sekitar 1 km ke arah timur Palagan Ambarawa selalu ramai dikunjungi, khususnya pada bulan Maria, Mei dan Oktober. Di luar itu, dalam minggu kedua setiap bulan ribuan umat Katolik akan memadatinya untuk memanjatkan doa Novena, serta merayakan Ekaristi yang digelar di Katedral.
sejarah diambil dari:
Suara Merdeka 23 Desember 2001
http://www.suaramerdeka.com/harian/0112/23/kot9.htm
Dipintu masuk terdapat papan nama gua Maria Kerep yang disebelahnya dihiasi oleh lukisan berwarna menggambarkan pengangkatan Bunda Maria ke surga yang sangat indah. Setelah masuk kami terlebih dahulu melihat-lihat gerejanya yang ada didepan kompleks akan tetapi kami tidak menemukan apa nama gereja tersebut. Gerejanya kecil saja dengan langit-langit yang sangat tinggi, terlihat kosong karena tidak ada bangku ataupun alas duduk lain yang terdapat disitu. Dari samping gereja kami bisa langung menuju lokasi jalan salibnya.
Jalan salibnya lumayan panjang dengan jalan yang cukup lebar, dikelilingi taman-taman yang terawat dengan pohon-pohon besar yang melingkupinya sehingga menghalangi panas matahari. Diorama peristiwa jalan salib terbuat dari kuningan dengan cetakan berkualitas tinggi diletakan pada semacam tembok beratap. Ketika akan menyalakan lilin timbul masalah karena banyak angin sehingga korek apipun sulit menyala, inilah rupa-rupanya mengapa para penjual tidak menawarkan lilin melainkan bunga pada kami dipintu masuk dan kalau diperhatikan memang pengunjung yang datang cuma membawa bunga. Kami tidak tahu penyebab banyak angin, apakah karena lokasinya diketinggian atau karena saat itu sedang musim hujan, yang jelas pagi itu banyak angin semilir bertiup dan sangat sejuk. Perhentian ke 12, yaitu Yesus disalibkan dibuat sangat istimewa. Dioramanya sangat besar terdiri dari patung-patung seukuran manusia yang dibuat dengan detil yang sangat menawan. Latar belakangnya menggambarkan keadaan bukit golgota yang gersang dengan latar belakang lukisan kota Jerusalem dikejauhan yang dilukis dengan sangat indah. Secara keseluruhan diorama tersebut mengundang decak kagum kepada siapapun yang melihatnya dan kami tidak menemukan diorama sebaik ini ditempat lain.
Jalan salibnya berakhir dipelataran luas yang sekaligus menjadi pelataran lokasi gua Marianya. Patung Bunda Marianya tidak begitu besar diletakan di ketinggian, dibagian samping terdapat sumber air yang bisa diambil. Pelataran tersebut tampaknya biasa dipakai juga sebagai tempat menyelenggarakan misa karena ada altar dibawah gua Maria tersebut. Pada saat itu mungkin karena musim libur umat yang datang lumayan banyak sehingga pelataran tersebut terlihat ramai, juga banyak yang berdoa didepan gua Marianya. Disamping kanan gua Maria terdapat salib Yesus yang sangat besar terbuat dari kayu, yang pada bagian depannya terdapat pahatan yang menggambarkan Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Disamping kiri terdapat prasasti peringatan pembangunan gua Maria, tampaknya gua Maria Kerep telah mendapat renovasi besar-besaran sehingga bentuknya menjadi seindah seperti sekarang. Pada prasasti tersebut ditulis nama orang ataupun perusahaan yang tampaknya punya andil besar dalam renovasinya, juga tertulis nama-nama panitia pembangun atau pengurus gua Maria Kerep, tentu saja nama-nama pada saat prasasti tersebut dibuat. Juga ada prasasti yang ditanda tangani Kardinal Julius Darmoyuwono waktu meresmikan gua Maria Kerep tanggal 4-10-1981.
Setelah keluar dari pelataran terdapat lokasi makam keluarga, ada papan bertuliskan, makam keluarga RA Maria Soelastri Soejadi Sasraningrat, pendiri Wanita Katolik Indonesia RI, lahir tahun 1898 dan wafat tahun 1975. Makam yang ditengah adalah makam beliau dikelilingi oleh beberapa makam disekelilingnya. Setelah makam keluarga, lagi-lagi ada prasasti yang terdapat dijalan masuk sebuah taman yang diberi nama taman doa. Pada prasasti tersebut tertulis nama-nama orang atau perusahaan yang punya andil dalam pembangunan tamannya dan juga tertulis diresmikan bulan Mei 2005 oleh Uskup Agung Semarang. Latar belakang tanaman dibelakang prasasti-prasasti tersebut terkesan biasa saja dengan tanaman standar sehingga kami mengira taman dibelakangnya adalah taman yang biasa saja, akan tetapi segera setelah masuk melewati prasasti tersebut kami terkejut karena perkiraan kami salah besar.
Taman tersebut ternyata luar biasa indah dan menawan. Disain taman betul-betul dilakukan oleh ahli disain lanskap profesional, dengan penempatan dan kombinasi warna-warna tanaman yang sangat serasi, dikelilingi oleh rumput-rumput hijau luas yang sangat rata seperti pada lapangan golf. Keindahannya tidak dapat digambarkan dengan kata-kata, anda harus menyaksikannya sendiri, apalagi jika dilihat dari sudut tertentu dengan latar belakang pemandangan pegunungan dikejauhan, sulit menemukan taman sejenis apalagi di Jakarta, barangkali cuma bisa disamakan dengan taman-taman yang ada di resor hotel bintang lima. Sehingga tidak mengherankan saat itu kami juga melihat serombongan fotographer sedang melakukan sesi pemotretan pasangan pengantin yang mengambil latar belakang taman.
Disebut taman doa karena ada bagian-bagian taman yang didisain dengan tema yang mengambil latar belakang peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus. Tema yang pertama diberi nama perjamuan Kana, rumah perjamuannya didisain dengan struktur bangunan berbatu-batu seperti pada rumah-rumah jaman dulu (barangkali) dengan tanaman-tanaman yang menjulur dari pilar-pilar bangunannya, di injil, pesta di Kana adalah salah satu peristiwa penting dimana disitulah Yesus membuat mujizat pertama kalinya yaitu mengubah air jadi anggur menuruti keinginan ibunya. Berturut kemudian adalah taman dengan tema: sungai Jordan, 5 roti dan 2 ikan, danau Galilea dan terakhir makam Yesus. Semuanya dikelilingi dengan taman-taman sangat indah yang dibuat sesuai dengan temanya, misalnya ada sungai kecil pada tema sungai Jordan. Untuk makam Yesus, ada gua dibuat sebagai makam Yesus, dimana didalamnya cuma ada sisa kain kafan, menggambarkan makam yang kosong ditinggal karena Yesus telah bangkit. Secara keseluruhan tamannya memang luar biasa, mungkin karena masih baru dan tanaman-tanamannya sudah tumbuh dengan sempurna sehingga terlihat amat indah. Diperlukan usaha dan biaya besar untuk perawatannya guna mempertahankan keindahannya, semoga panitia dapat memenuhi harapan ini dan tentunya harus didukung oleh umat.
Jika anda ke daerah Semarang dan sekitarnya tidak ada salahnya berziarah ke gua Maria Kerep yang mudah sekali diakses serta mempunyai taman doa yang benar-benar istimewa yang tidak terdapat di lokasi gua Maria lain.
Jalan masuk ke Gua Maria Kerep terletak persis diseberang terminal bis Ambarawa, sebuah kota berhawa sejuk berjarak kira-kira 27km arah selatan dari Semarang. Terminal bisnya sendiri terletak dijalan yang mengarah keluar kota, dari terminal bis tersebut diseberang jalan terdapat papan petunjuk yang jelas mengarah ke gua Maria Kerep. Hanya sekitar 900 meter saja dari jalan masuk tersebut kami sampai dipelataran parkirnya yang luas, disitu juga terdapat banyak kios yang menjual barang rohani. Beberapa penjual segera menghampiri dan menawarkan bunga dagangannya, kami merasa sedikit heran karena tidak seperti ditempat lain mereka tidak menawarkan lilin meskipun ada pada mereka, keheranan tersebut terjawab kemudian setelah berada didalam.
Sejarah
Dibangun pada 1954, bagi umat Katolik Gua Kerep tak sekadar tempat berdoa tapi sekaligus tempat ziarah. Keberadaan gua tersebut erat berkaitan dengan sejarah perkembangan agama Katolik di Jateng. Gua itu wujud kerinduan bruder apostolik untuk menyelenggarakan perayaan dan peringatan suci keagamaan. Niat bruder kelompok Jesuit itu mendapat dukungan Romo J. Reiknders. Para bruder awalnya tinggal di Yogyakarta, kemudian pindah ke Muntilan pada 1948 sebelum menetap di Kerep, Ambarawa. Di sana mereka dibantu siswa SGB, sustrean, dan bruderan mengumpulkan batu demi batu hingga akhirnya berdiri Gua Maria. Bangunan itu diresmikan Mgr Albertus Soegijapranata SJ pada 15 Agustus 1954. Kini gua yang terletak sekitar 1 km ke arah timur Palagan Ambarawa selalu ramai dikunjungi, khususnya pada bulan Maria, Mei dan Oktober. Di luar itu, dalam minggu kedua setiap bulan ribuan umat Katolik akan memadatinya untuk memanjatkan doa Novena, serta merayakan Ekaristi yang digelar di Katedral.
sejarah diambil dari:
Suara Merdeka 23 Desember 2001
http://www.suaramerdeka.com/harian/0112/23/kot9.htm
Dipintu masuk terdapat papan nama gua Maria Kerep yang disebelahnya dihiasi oleh lukisan berwarna menggambarkan pengangkatan Bunda Maria ke surga yang sangat indah. Setelah masuk kami terlebih dahulu melihat-lihat gerejanya yang ada didepan kompleks akan tetapi kami tidak menemukan apa nama gereja tersebut. Gerejanya kecil saja dengan langit-langit yang sangat tinggi, terlihat kosong karena tidak ada bangku ataupun alas duduk lain yang terdapat disitu. Dari samping gereja kami bisa langung menuju lokasi jalan salibnya.


Setelah keluar dari pelataran terdapat lokasi makam keluarga, ada papan bertuliskan, makam keluarga RA Maria Soelastri Soejadi Sasraningrat, pendiri Wanita Katolik Indonesia RI, lahir tahun 1898 dan wafat tahun 1975. Makam yang ditengah adalah makam beliau dikelilingi oleh beberapa makam disekelilingnya. Setelah makam keluarga, lagi-lagi ada prasasti yang terdapat dijalan masuk sebuah taman yang diberi nama taman doa. Pada prasasti tersebut tertulis nama-nama orang atau perusahaan yang punya andil dalam pembangunan tamannya dan juga tertulis diresmikan bulan Mei 2005 oleh Uskup Agung Semarang. Latar belakang tanaman dibelakang prasasti-prasasti tersebut terkesan biasa saja dengan tanaman standar sehingga kami mengira taman dibelakangnya adalah taman yang biasa saja, akan tetapi segera setelah masuk melewati prasasti tersebut kami terkejut karena perkiraan kami salah besar.
Taman tersebut ternyata luar biasa indah dan menawan. Disain taman betul-betul dilakukan oleh ahli disain lanskap profesional, dengan penempatan dan kombinasi warna-warna tanaman yang sangat serasi, dikelilingi oleh rumput-rumput hijau luas yang sangat rata seperti pada lapangan golf. Keindahannya tidak dapat digambarkan dengan kata-kata, anda harus menyaksikannya sendiri, apalagi jika dilihat dari sudut tertentu dengan latar belakang pemandangan pegunungan dikejauhan, sulit menemukan taman sejenis apalagi di Jakarta, barangkali cuma bisa disamakan dengan taman-taman yang ada di resor hotel bintang lima. Sehingga tidak mengherankan saat itu kami juga melihat serombongan fotographer sedang melakukan sesi pemotretan pasangan pengantin yang mengambil latar belakang taman.
Disebut taman doa karena ada bagian-bagian taman yang didisain dengan tema yang mengambil latar belakang peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus. Tema yang pertama diberi nama perjamuan Kana, rumah perjamuannya didisain dengan struktur bangunan berbatu-batu seperti pada rumah-rumah jaman dulu (barangkali) dengan tanaman-tanaman yang menjulur dari pilar-pilar bangunannya, di injil, pesta di Kana adalah salah satu peristiwa penting dimana disitulah Yesus membuat mujizat pertama kalinya yaitu mengubah air jadi anggur menuruti keinginan ibunya. Berturut kemudian adalah taman dengan tema: sungai Jordan, 5 roti dan 2 ikan, danau Galilea dan terakhir makam Yesus. Semuanya dikelilingi dengan taman-taman sangat indah yang dibuat sesuai dengan temanya, misalnya ada sungai kecil pada tema sungai Jordan. Untuk makam Yesus, ada gua dibuat sebagai makam Yesus, dimana didalamnya cuma ada sisa kain kafan, menggambarkan makam yang kosong ditinggal karena Yesus telah bangkit. Secara keseluruhan tamannya memang luar biasa, mungkin karena masih baru dan tanaman-tanamannya sudah tumbuh dengan sempurna sehingga terlihat amat indah. Diperlukan usaha dan biaya besar untuk perawatannya guna mempertahankan keindahannya, semoga panitia dapat memenuhi harapan ini dan tentunya harus didukung oleh umat.
Jika anda ke daerah Semarang dan sekitarnya tidak ada salahnya berziarah ke gua Maria Kerep yang mudah sekali diakses serta mempunyai taman doa yang benar-benar istimewa yang tidak terdapat di lokasi gua Maria lain.
C. Wisata Kuliner
1. Pecel Tukinem Ambarawa. Pecel ini didirikan oleh almarhumah veronica tukinem sanggrahan ambarawa. Pecel Tukinem dijual mulai jam 07-12 siang di atas kantor gotong royong setiap hari. Pecel ini biasanya menjadi santapan sarapan pagi. Nah, untuk yang mau beli sesudah jam 12 siang, datang aja di rumah mbok tukinem di daerah sanggrahan, bawah Sekolah Teknik Menengah Dr cipto. Bagi yang ingin pesan agar tidak kehabisan? Silahkan menghubungi : 0298 592 083.
Pecel Tukinem Ambarawa
Tahu Serasi Bandungan, Ambarawa
Eva Coffee House, Ambarawa
4. Sate Kelinci. Selain tahu serasi, di Bandungan, kamu juga bisa menikmati sate kelinci dengan rasa dagingnya yang lembut dan gurih. Penjual sate kelinci di daerah ini jumlahnya juga tak kalah banyak. Kebanyakan penjualnya adalah mbok-mbok. Mereka menempati lokasi di pinggir jalan atau menempel pada tembok objek wisata Bandungan. Harga untuk 10 tusuk sate kelinci dengan lontong atau nasi berkisar Rp 11.000,- Untuk yang tidak suka sate kelinci, bisa nikmati sate ayam dengan harga lebih murah Rp 1.000,- Sate kelinci ini maupun sate ayam disantap dengan bumbu kacang yang kental.
5. Serabi Ngampin. Pangan olahan, serabi ini dapat dijumpai di Desa Ngampin, yang merupakan salah satu kuliner khas daerah ini. Begitu juga hasil kopi di Bedono. Serabi ini dijual di sepanjang jalan protokol Ambarawa-Magelang (tepatnya 1 km setelah Subterminal Bus Ambarawa menuju Yogyakarta). Selain serabi di Ngampin ini juga dijual beragam makanan khas yang berupa jenang Ngampin, peyek kacang, dan kerupuk opak (sermier). Makanan tersebut hasil olahan singkong.
Serabi Ngampin memang menjadi primadona usaha warga di sekitar desa itu. Ia merupakan makanan khas Kabupaten Semarang. Rasanya enak dan menarik. Proses pengolahannnya memperhatikan aspek higienis dan sanitasi, sehingga aman bagi kesehatan konsumen. Selain itu proses pembuatan serabi Ngampin juga terjaga karena tidak menggunakan bahan makanan tambahan (BMT), seperti pengawet, pewarna makanan, pemanis, dan penambah aroma buatan (sintetis).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar